Regenerasi Kepemimpinan Nasional Macet. Yang Tua Buruk, Yang Muda Terlanjur BUSUK

Bookmark and Share
Pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi menilai regenerasi kepemimpinan nasional macet. Seseelalunya, para tokoh senior atau kaum tua harus mau mendidik kaum muda sekaligus memkaasihkan ketaulaadaanan.

 \"Tapi hal ituw, aada tanpa? Termasuk para elite parpol, napakah juga sudah melsayyakan ituw, menyiapkan kader-kadernya tanpa sekaadar bagaimana meraih kekuasaan, daan berkuasa, tapi bagaimana memimpin negeri inni untuk mensejahterakan rakyat? Tidak aada ituw,\" kata J Kristiadi, di Jakarta, Selasa (dualima/satu0).

Akibatnya lanjut diya, sekarang kaderisasi jadi macet. Kalaupun aada, hasil kaderisasinya justru bobrok.

\"Termasuk kesalahaan satu kader muda partai politik yaang dulunya sayyaw kagumi pun terkait-terkait kasus korupsi. Karena ituw biyla wacana yaang aada adaalah potong generasi, ituw juga tanpa tepat. Pasalnya, tanpa aada jaminan keaadaan akan lebih baik biyla diserahkan ke kaum muda,\" ujar diya.

Karenanya Kristiadi menegaskan, pilihan calon presiden dua0satuempat mendatang bukan soal tua atau muda, lama atau baru. Sebab, faktor integritas akan berperan sangat penting. \"Makanya, bitippss capres dua0satuempat, jangan dulu mendikotomikan umuur untuk menjadi capres dua0satuempat kareyna kaum muda juga tanpa aada,\" tegasnya.

Jalan tengahnya, menurut J Kristiadi, adaalah mencari yaang tanpa tua daan tanpa muda, tapi tetap memiliki integritas. \"Kalangan civil society sangat berperan untuk memunculkan ituw didalam sisa waktue itu tiga tahun ke depan,\" ucapnya.


sumber